Dikisahkan, dua sahabat berjalan di trotoar di tepi jalan pada saat jam sibuk. Ada berbagai kebisingan; klakson mobil, suara mobil mengerem, orang berbicara, suara motor dan mobil, suara sepatu hak tinggi wanita yang berjalan dan lain sebagainya. Salah satu sahabat berkata, “Saya mendengar suara Jengkerik.”
Sahabatnya berkata, “Tidak mungkin. Bagaimana kau bisa mendengar suara Jengkerik dengan semua kebisingan ini. Mungkin itu suara bayanganmu. Saya belum pernah melihat Jengkerik di kota.”
Dia berkata, “Saya mendengar suara Jengkerik. Saya akan tunjukkan padamu.” Dia berhenti sejenak, lalu mengajak temannya menyeberang jalan ke taman, sambil menguak semak dia menemukan seekor Jengkerik Coklat.
Sahabatnya berkata, “Itu luar biasa, kau harus mempunyai pendengaran super. Apa rahasianya?”
Dia berkata, “Tidak, pendengaranku sama saja dengan pendengaranmu. Saya akan menunjukkannya kepadamu!” Dia merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa koin mata uang dan melemparkannya ke trotoar.
Di tengah semua kebisingan kota, semua orang dalam jarak 10 m menoleh untuk melihat darimana suara koin jatuh itu berasal.
Ini adalah fokus dari apa yang Anda ingin dengarkan. Apa yang kita dengarkan dalam hidup ini? Apakah nafsu ego kita yang kita dengarkan atau hati-nurani kita?
Dari berbagai bacaan di dunia maya, kita paham hanya mendengarkan pikiran saja, kita tidak akan bahagia, kita akan mengalami suka-duka yang tanpa akhir.
Teknik-teknik dalam latihan Ananda’s Neo Self Empowerment, Ananda’s Neo Kundalini Yoga, Membaca Mantra, melakukan Yoga Sadhana adalah salah satu cara menjernihkan pikiran dan melatih mendengarkan hati nurani kita dan melakoninya.
Mendengarkan Institusi di atas Pikiran, Ucapan dan Tindakan
Kita ingin mempersatukan antara pikiran, ucapan dan tindakan. Untuk mempersatukan ketiga-tiga unsur tersebut – anda membutuhkan bantuan dari “lembaga”, dari “institusi” yang berada di atas mereka. Yaitu, institusi “kesadaran”, lembaga “rasa”. Selama ucapan dan tindakan anda masih dikendalikan oleh “pikiran”, jiwa anda tidak akan pernah utuh. Sering kali tindakan anda tidak akan “klop” dengan ucapan anda. Demikian, anda akan berjiwa “jereng”. Kembangkan rasa dalam dirimu. Dan dengar jiwa yang utuh, dengan penuh kesadaran, bertindaklah sesuai tuntunan nurani anda, maka anda akar berhasil! Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2002). Menemukan Jati Diri I Ching Bagi Orang Moderen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)
Hati Nurani Mewakili Kebenaran
Mind tergantung pada fakta dan akan selalu menghitung laba-rugi. Sebaliknya, hati nurani mewakili Kebenaran – Kebenaran Hakiki, Kebenaran Ilahi di balik fakta-fakta yang terlihat oleh mata kasat. Hati nurani telah melampaui dualitas. la tidak mengenal laba-rugi. la akan mempertemukan anda dengan “hakikat diri”, dengan “jati diri”. Dan penemuan “jati diri” tidak bisa disebut keuntungan ataupun kerugian. Bahkan tidak bisa disebut “penemuan”. Anda tidak pemah kehilangan jati diri. Selama ini, anda hanya tidak menyadarinya. Dengarkan suara nurani anda. Dan anda akan selalu berjaya, berhasil! Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2002). Menemukan Jati Diri I Ching Bagi Orang Moderen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)
Dengarkan Hati Nurani dan Bekerja Sesuai dengan Hati Nurani
Seorang yang selalu cemas sesungguhnya merasa bersalah atas perbuatannya sendiri di masa lalu. Misalnya, ia pernah berbuat jahat atau menipu orang lain. Dan, ia berhasil. Ia berhasil dalam tipu-muslihatnya itu.
Nah, seorang yang berhasil menipu orang lain selalu cemas, takut, “Jangan-jangan aku tertipu!” Pikirnya, jika aku bisa menipu orang lain, dan dia tidak menyadari hal itu. Maka, bisa saja ada orang yang menipuku, dan aku tidak sadar. Paranoid, Parno! Ia menjadi korban dari rasa bersalah yang muncul dari sanubarinya. Lalu, solusinya apa?
Bekerjalah sesuai dengan kata hat! terdalam. Nurani kita tidak akan pernah mendukung perbuatan yang merugikan orang lain. Jika kita bekerja sesuai dengan petunjuknya, maka tidak akan bertindak salah. Dan, tiada lagi kecemasan di kemudian hari.
Tiada lagi amarah yang muncul karena keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi dan sebagainya, sebab kata-hati, nurani selalu berbahasa moderat. Tidak pernah ekstrem.
Kemudian, pemusatan diri pada-Nya – Berlindung pada-Nya, serta menyucikan diri dengan Tapa, Disiplin-Diri untuk mengetahui Hakikat-Diri; untuk mengenal diri kita sebagai percikan_nya. Inilah jalan menuju kebebasan mutlak. Inilah satu-satunya cara untuk rnembebaskan diri dari kelahiran dan kematian yang berulang-ulang. Penjelasan Bhagavad Gita 4:10 dari buku (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma) #SpiritualIndonesia lewat #BhagavadGitaIndonesia
Sumber Persoalan adalah Dualitas, Nurani Melampaui Dualitas
Kedamaian Sejati adalah hasil berakhirnya konflik yang disebabkan oleh paham dualitas. Dualitas adalah sumber segala persoalan. Perhatikan kejadian-kejadiaan di dunia kita saja, di planet bumi ini. Orang-orang sebangsa pun saling bunuh-membunuh, karena beda haluan politik, beda pendapat, beda kepercayaan.
Mereka yang masih menyimpan konflik di dalam dirinya, belum tenang, memproyeksikan kekacauannya di luar diri. dan, terjadilah aksi terror, bom bunuh diri, perang dan sebagainya.
Umumnya mereka yang terlibat dalam konflik, menjadi sumber konflik, sekaligus pelaku kekerasan, belum bisa menerima Gusti Pangeran sebagai Tuhan seantero alam. Walau mayoritas mengaku percaya pada Satu Tuhan Hyang Maha Tunggal, sesungguhnya mereka masih bingung. Masih belum yakin pada apa yang mereka katakan.
Mereka belum bisa menerima Tuhan sebagai Mitra Jagad Raya. Tuhan dalam pemahaman mereka adalah Mitra Suku, Mitra Bangsa tertentu, Mitra Kelompok Kepercayaan tertentu – belum menjadi Mitra Seantero Alam.
Kemudian, jika Tuhan di dalam pemahaman kita masih merupakan Tuhan yang pilih kasih, lebih memperhatikan kelompok tertentu, bahkan memusuhi kelompok-kelompok lain, maka kita pun akan mencontohinya. Tidak, Tuhan seperti itu hanyalah khayalan kita. Tuhan Angkara Murka dan Maha Iri adalah proyeksi dari pikiran kita, perasaan kita.
Lampauilah pikiran, perasaan, bahkan inteligensia – dan temukan nurani, sanubari, Jiwa – itulah Tuhan penuh kasih – Mitra Seantero Alam. Penemuan ini dan hanya penemuan ini yang dapat mendamaikan kita! Penjelasan Bhagavad gita 5:29 dari buku (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma) #SpiritualIndonesia lewat #BhagavadGitaIndonesia