Ananda, Kebahagiaan Sejati

Kisah Maharishi Bhrigu dan Rishi Varuna

Seorang Master berkisah tentang Bhrigu yang bertanya kepada Varuna, ayahandanya, “Ayah! Maukah ayah mencerahkan saya tentang Brahman?” Varuna menjawab, “Putraku, tidak ada seorang pun yang bisa mencerahkan tentang Brahman. Seseorang harus mengalami lewat meditasi. Bermeditasilah, lakukan penyelidikan diri. Aku memberkatimu.”

Bhrigu pergi ke hutan dan melakukan meditasi. Dia merenungkan, “Apa hal terpenting yang diperlukan makhluk hidup pada umumnya dan manusia pada khususnya? Itu pasti makanan. Manusia hidup, tumbuh dan bekerja karena makanan, jadi makanan adalah Brahman.” Bhrigu berlari ke ayahnya dan berkata, “Ayah, makanan adalah Brahman.” Varuna menjawab dengan tersenyum, “Tidak putraku, makanan bukan Brahman. Pergi dan bermeditasilah!”

Bhrigu melanjutkan meditasi dan pada suatu hari berpikir, “Makanan mungkin penting, tapi tanpa energi bagaimana makanan bisa dicerna? Energi itu pasti Prana.” Bhrigu pergi ke ayahnya dan berkata, “Ayah! Prana adalah Brahman.” Varuna berkata, “Tidak putraku, Prana bukan Brahman. Pergi dan bermeditasilah.”

Bhrigu mematuhi ayahnya dan melanjutkan meditasi. Pada suatu hari dia berpikir, “Makanan dan Prana itu penting, tetapi apa yang lebih penting? Kalau seseorang tidak mempunyai keinginan untuk makan, maka makanan dan prana mubazir. Tempat keinginan adalah manas atau pikiran.” Bhrigu kembali menemui ayahandanya dan berkata, “Ayah! Manas adalah Brahman.” Varuna kembali tersenyum dan berkata, “Putraku! Manas bukan Brahman. Lakukan meditasi untuk beberapa hari lagi.”

Bhrigu melanjutkan meditasinya dan pada suatu hari berpikir, “Makanan, Prana, Manas itu penting tapi apa yang lebih penting? Pemilihan mana yang menyamankan badan (preya) dan mana perbuatan mulia (shreya) itu penting. Pengetahuan tentang Kebendaan (Vijnana) itu penting.” Bhrigu sekali lagi menemui ayahandanya, “Ayah! Vijnana adalah Brahman.” Varuna sekali lagi berkata, “Putraku! Vijnana bukan Brahman. Lakukan meditasi untuk beberapa hari lagi.”

Bhrigu melakukan meditasi dan pada suatu hari berpikir, “Makanan, energi dan manas itu penting. Kesadaran untuk memilah (Viveka) yang diperoleh dari Vijnana itu penting. Tapi saya harus mencari tahu apa tujuan akhir dari kehidupan manusia. Saya harus mengalaminya.” Dan, Bhrigu bermeditasi lebih dalam. Pada suatu hari Bhrigu mengalami sukacita yang tak terlukiskan dan dia benar-benar tidak sadar tentang dunia luar. Pada hari itu Varuna datang ke hutan dan bahagia melihat Sang Putra dalam keadaan samadhi, wajah Brighu bersinar. Varuna menyadari bahwa Bhrigu telah menyadari bahwa Ananda adalah Brahman.

Pengalaman adalah Guru Terbaik!

Bagaimana Memperoleh  Ananda

Apa yang membuat kita bahagia? Kita berpikir dengan membeli mobil kita akan bahagia? Beberapa orang berpikir setelah mengawini gadis itu saya akan bahagia? Setelah kawin dengan pria ini aku akan bahagia? Kita pikir setelah memperoleh sesuatu kita akan bahagia? Tapi pada akhirnya hari kita berpikir yang kita cari adalah kebahagiaan bukan perolehan atas sesuatu?

Dan apa yang kita cari bukan hanya kebahagiaan? Tapi kebahagiaan tanpa akhir. Kebahagiaan yang lestari tidak musnah? Dan apa pun yang kita pikir dapat memberikan kebahagiaan akan selalu punya akhir, akan selalu berubah. Adakah sesuatu yang tidak berubah? Kita hanya dapat memperoleh kebahagiaan permanen dari sesuatu yang permanen?

Para yogi kemudian mengasumsikan ada sesuatu yang tetap ada meskipun kita mati. Kemudian dengan asumsi tersebut mereka melakukan riset. Dan riset tersebut menegasikan segala sesuatu. Saya berkata saya punya tubuh berarti tubuh bukan saya. Saya punya hidung, hidung bukan saya. Dan mereka melakukan penegasian seperti itu. Saya punya otak, otak bukan saya. Saya punya pikiran, pikiran bukan saya? Akhirnya ketemu yang bahkan tidak diberi nama. Suatu energi, suatu atma yang tetap ada. Itulah diri yang sejati. Itulah yang tetap ada. Itu adalah atma bukan jiwa. Atma adalah diri. Dan dalam diri itu kita semua satu?

Bagaimana menjelaskan itu? Murid bertanya kepada guru bagaimana menjelaskan atma? Guru minta murid bawa ember air. Ambil garam dengan tangan dan aduk  garam tersebut. Dimana garam itu? sudah tidak ada. Rasakan dari yang di atas. Asin. Yang ditengah yang di bawah semuanya asin. Garam di mana? Garam di mana-mana. Dia ada di mana-mana, tat twam asi itulah dia? Garam yang ada di air yang ada dalam tubuh kita dalam berbagai bentuk. Bagaimana Anda mengetahui. Karena Anda asin seperti saya. Anda ilahi seperti saya dan kamu syaitani seperti saya. Apa yang ada pada kamu ada pada saya juga?

Anda punya hidung saya juga. Tapi kita melampaui wujud fisik. Ada esensi nya, esensi nya adalah life force. Apakah life force itu? Dan Menyadari hal itu semua adalah penuh keceriaan. Penuh dengan ananda. Itulah tujuan hidup  Semuanya menuju ke arah  itu…………….

Silakan simak video youtube: How to acquire Ananda, True Everlasting Happiness? (by Anand Krishna)

 

Bhagavad Gita Adalah Panduan untuk How to Live

Gita adalah panduan untuk how to live – Bagaimana melakoni hidup ini. Krsna mengajak Arjuna untuk menjalani hidup, bukan untuk berfilsafat.

Kendati demikian, di sana-sini Ia pun mesti memberi bocoran sedikit tentang apa yang akan ditemukannya di ujung terowongan. Bocoran ini adalah sepenuhnya berdasarkan pengalaman pribadi Krsna. Ia adalah Pribadi Agung. Ia senantiasa, 24/7 berada dalam Kesadaran Jiwa Agung. Sebab itu, bocoran dari Krsna adalah sangat berguna. Dalam ayat-ayat ini Krsna menyebut Sang Jiwa Agung, Tuhan, sebagai Brahman. Ia adalah Tri-Tunggal Kebenaran Abadi, Kesadaran Murni, dan Kebahagiaan Sejati — Sad, Cit, Ananda.

BOCORAN INI PENTING supaya kita tidak salah persepsi. Tidak menyalahartikan sebuah pengalaman “biasa” sebagai pencapaian. Bocoran ini semacam tolok ukur untuk Arjuna di dalam diri kita masing-masing.

Ketika kita mencapai-Nya, maka pengalaman awal kita adalah Ananda atau Kebahagiaan Sejati, langgeng, abadi. Bukan kebahagiaan sesaat seperti yang selama ini kita raih, kebahagiaan yang cepat menguap. Ananda adalah sifat Jiwa, bukan emosi sejenak.

Ketika kebahagiaan kita tidak terpengaruh oleh pengalaman suka dan duka di luar; ketika dalam keadaan apa pun kita masih tetap berkarya — maka kita telah meraih Ananda. Setelah Ananda, baru Kesadaran Murni dan Kebenaran Abadi. Jadi diurut dari belakang dulu. Sulit mencapai Kebenaran Abadi atau Kesadaran Mumi dulu. Awalnya, mesti dari Ananda. Penjelasan Bhagavad Gita 13:30 dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma) #SpiritualIndonesia lewat #BhagavadGitaIndonesia

Kebahagiaan Sejati (Ananda) Adalah Hasil dari Kesadaran Jiwa

KEBAHAGIAAN SEJATI ADALAH hasil dari Kesadaran Jiwa; bahwasanya segala sensasi-sensasi badaniah yang kita peroleh bukanlah kebahagiaan sejati. Pengalaman-pengalaman sensasional, indrawi, tidak pernah bertahan lama. Setelah berlalu, kita merasa hampa kembali.

Pernahkah Anda memperhatikan, setelah berhubungan intim dengan pasangan Anda, kenikmatan yang Anda peroleh memudar, berlalu dengan cepat. Dan, setelah itu Anda, justru merasa lebih hampa lagi. Itulah sebab, setelah berhubungan intim, umumnya Anda langsung merokok atau menuju lemari es untuk mencari makanan. Setelah memperoleh kenikmatan pun, Anda tetap merasa lapar, haus, kekurangan sesuatu.

Jika hubungan intim pun tidak bisa membahagiakan, maka pengalaman-pengalaman sensasional lain sudah pasti tidak bisa. Sebab, hubungan intim merupakan pengalaman paling sensasional, dalam pengertian, melibatkan semua senses, semua indra — yang amat sangat intens. Jika pengalarnan seintens itu pun berakhir dengan kehampaan, maka janganlah berharap dari pengalaman-pengalaman lain, dari sensasi-sensasi lain.

SUMBER KEBAHAGIAAN SEJATI ADALAH JIWA SENDIRI! Sifat Jiwa adalah Ananda – kebahagiaan sejati. Namun, selama Jiwa “merasa” terpisah dari Jiwa Agung, ia tidak menyadari hal tersebut. Ia tidak mengalaminya.

Hanyalah Yoga, dalam pengertian, Kemanunggalan Jiwa dengan dan dalam Jiwa Agung yang dapat memunculkan pengalaman tersebut— kebahagiaan abadi tersebut.

Perlu diperhatikan bahwa kemanunggalan ini sebetulnya sudah terjadi. Kemanunggalan ini adalah hakikat. Justru perpisahan adalah ilusif. Ketika ilusi perpisahan terlampaui— kemanunggalan “terasa” kembali. Penjelasan Bhagavad Gita 5:21 dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma) #SpiritualIndonesia lewat #BhagavadGitaIndonesia

 

“Demikian mereka senantiasa memuliakan Aku; berupaya untuk menyadari kehadiran-Ku di mana-mana; dan selalu berlindung pada-Ku dengan keyakinan yang teguh. Sesungguhnya, mereka telah bersatu dengan-Ku dalam meditasi, puja-bakti, dan panembahan mereka, yang sepenuhnya terpusatkan pada-Ku.” Bhagavad Gita 9:14

“Apa yang kita inginkan dari dan dalam hidup ini? Jika kita menginginkan Ananda atau Kebahagiaan Sejati – maka tidak ada jalan lain, metode lain kecuali satu – yaitu, berkesadaran Jiwa. Jiwa adalah kekal, karena ia tidak pernah berpisah dari Jiwa Agung. Perpisahan adalah ilusif, khayalan, imaginer, yang kemudian merosotkan kesadaran kita dan mengalihkannya ke badan dan indra. Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma) #SpiritualIndonesia lewat #BhagavadGitaIndonesia

Leave a comment