Dikisahkan Guru Nanak bepergian ke sebuah desa dan ada seorang pencuri bernama Bhoomi Daku yang mengundangnya singgah ke rumahnya. Guru Nanak berkenan apabila Bhoomi Daku berjanji melakukan 4 hal:
- Tidak mencuri dari rumah orang miskin.
- Selalu bicara jujur.
- Apabila pergi ke rumah seseorang dan makan dari rumah tersebut, dia tidak akan mencuri di rumah tersebut.
- Tidak pernah mengkambing-hitamkan seseorang.
Bhoomi Daku berjanji menaati keempat janji tersebut dan Guru Nanak singgah di rumahnya. Mereka menikmati malam penuh kebahagiaan bersama, sebelum Guru nanak melanjutkan perjalanannya.
Pada malam keesokan harinya, Bhoomi Daku keluar untuk mencuri. Dia tidak dapat lagi mencuri dari orang miskin, dan dia memutuskan untuk mencuri di istana seorang raja. Dia berupaya menyelinap tapi ditangkap para pengawal raja. Para pengawal bertanya siapakah dia dan Bhoomi Daku menjawab dengan jujur sesuai pesan Guru Nanak, “Nama saya Bhoomi Daku dan saya ke sini mau mencuri di rumah raja!” Para pengawal raja tertawa, dan mengatakan, “Jangan membuat lelucon, Tuan pasti teman Raja, silakan masuk!”
Bhoomi daku masuk ke istana raja dan mencuri banyak perhiasan berharga dan dimasukkan kantong. Tiba-tiba Bhoomi Daku mencium bau yang sangat harum, seperti kue coklat. Dia masuk dapur dan makan kue coklat kesukaannya. Tiba-tiba Bhoomi Daku ingat janji pada Guru Nanak, bahwa dia tidak akan mencuri di rumah seseorang karena dia telah makan di rumah orang tersebut. Dia segera menjatuhkan kantongnya dan menyelinap ke luar istana.
Pada pagi hari, raja mendengar beberapa kue hilang dan melihat kantong berisi harta istana tergeletak di jalan. Para pengawal raja mengumpulkan penduduk dan mulai memukuli mereka yang dicurigai. Bhoomi Daku mendengar hal tersebut dan ingat janji keempat pada Guru Nanak.
Bhoomi Daku berkata, “Jangan menghukum mereka, mereka tidak bersalah, sayalah yang melakukan pencurian!”
Para pengawal membawa Bhoomi Daku menghadap Raja yang berkata, “Tidak ada seorang pun yang mencurigai Anda, mengapa Anda mengaku sebagai pencuri?”
Bhoomi Daku berkata, “Paduka Raja, saya telah berjanji pada Guru saya saya tidak akan mencari kambing hitam atas tindakan saya!”
Raja terkesan akan cerita Bhoomi daku dan berkata, “Saya tidak akan menghukum Anda, silakan Anda bebas untuk pergi!”
Bhoomi daku bertanya, “Akan tetapi Paduka Raja bagaimana dengan penduduk yang telah dipukuli para pengawal?”
Raja memutuskan mengadakan pesta besar mengundang semua penduduk. Bhoomi Daku berkata, “Saya tidak mengetahui Guru Nanak sekarang berada di mana, tapi saya akan menepati 4 janji yang saya buat dengan Beliau.”
Raja dan semua penduduk bahagia, para penduduk bergiliran memberi makanan kepada Bhoomi Daku dan Bhoomi Daku bertobat tidak menjadi pencuri lagi…………………..
Beruntunglah Bhoomi Daku yang telah bertemu Guru Nanak, dia telah menjadi pelayan dari pelayan Gusti…………
Penjahat Terbejat bisa menjadi seorang Sadhu
Sekalipun seorang penjahat terbejat memuja-Ku dengan penuh keyakinan dan kasih serta dengan segenap kesadarannya terpusatkan pada-Ku – maka ia mesti dianggap sebagai seorang bijak, seorang sadhu yang telah menemukan kedamaian di dalam dirinya, karena ia telah bersikap yang tepat.” Bhagavad Gita 9:30
Penjahat sebejat apa pun, jika berpaling pada-Nya, maka ia mesti dianggap seorang sadhu – seorang bijak berhati tenang, damai. Ia telah berhasil menenangkan pikirannya serta emosinya, yang sebelumnya selalu bergejolak.
Dalam hal ini adalah penting untuk memahami “jenis” bhakti ala Krsna…..
Krsna mengaitkan bhakti atau pemujaan, panembahan, devosi, dengan kasih. Bhakti, yang biasa diterjemahkan sebagai berbakti, mengabdi, atau memuja – sesungguhnya, memiliki makna yang jauh lebih dalam. Bhakti adalah semua itu plus dengan penuh kasih. Landasannya adalah kasih, kasih yang tak bersyarat dan tak terbatas.
Seorang anak bisa saja berbakti pada orangtuanya dengan harapan terselubung untuk mendapatkan warisan. Atau, rnendapatkan lebih banyak dari saudara-saudaranya. Karena, toh saudara-saudaranya tidak mengunjungi orangtua sesering dirinya, walau ia tidak mengungkapkan hal itu. Niat saja sudah cukup untuk menodai baktinya. Ia belum berbhakti.
Seorang hamba, seorang pengabdi pun sama. Ia bisa berhamba, mau mengabdi karena digaji, atau seperti para abdi-dalem di keraton-keraton kita. Gaji mereka tidak seberapa, tapi mereka puas dengan kedudukan mereka sebagai abdi-dalem. Mereka pun mengabdi demi posisi itu, demi gelar itu, demi penghargaan itu, demi identitas itu. Bagi kita, identitas “abdi-dalem” mungkin tidak berarti apa-apa. Tapi bagi mereka sangat berarti. Bagi mereka, identitas itu adalah jauh lebih berharga daripada uang jutaan per bulan. Jadi, di balik pengabdian dan penghambaan, mereka pun masih ada pamrih.
Pengabdian dan penghambaan kita pada Gusti Pangeran pun sama. Ada yang mengharapkan rezeki dari Gusti, ada yang mengharapkan kehorrnatan dari masyarakat, “Dia seorang saleh, dia begini, dia begitu………
BHAKTI MESTI BERLANDASKAN CINTA-KASIH tanpa batas dan tanpa syarat. Ditambah lagi dengan kata ananya – berarti, dengan segenap jiwa, raga, perasaan, pikiran, intelegensia, semuanya terpusatkan. Dengan kesadaran tunggal. Termasuk, ia tidak lagi memisahkan profesi, pekerjaan, kewajiban terhadap keluarga, masyarakat, lingkungan, dan lainnya – dari bhaktinya, dari pemujaannya.
Hidup dia telah berubah menjadi aksi-bhakti. Ia menginterpretasikan bhakti lewat hidupnya. Ia menerjemahkan bhakti dalam bahasa tindakan nyata. Dan, ia melakukan semua ini karena ia melihat Wajah Gusti Pangeran di mana-mana. Baginya melayani sesama makhluk adalah ungkapan cintanya bagi Gusti Pangeran.
Baru setelah itu….. Jika seorang penjahat – sebejat apa pun – menginsafi dirinya, menyadari dirinya sebagai percikan Jiwa Agung, berpaling, dan mengubah hidupnya menjadi Berita-Baik; kemudian, melayani sesama makhluk, bukan saja sesama manusia; maka, ia dinyatakan sebagai seorang sadhu. Pikirannya sudah tenang; perasaannya tidak bergejolak; raga dan indranya terkendali; jiwanya damai; dan di atas segalanya perbuatannya mencerminkan ketenangan serta kedamaian dirinya. Ia menjadi wahana ketenangan dan kedamaian. Ia seorang sadhu……. Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma) #SpiritualIndonesia via #BhagavadGitaIndonesia