Archive for yadu

Persembahan Dinasti Yadu dan Warga Brindavan bagi Sri Krishna #BhagavatamIndonesia

Posted in Bhagavatam with tags , , , on September 20, 2017 by triwidodo

#Gerhana di Samantapancaka

“Di antara beribu-ribu orang, belum tentu seorang pun berupaya untuk mencapai kesempurnaan diri. dan, di antara mereka yang sedang berupaya, belum tentu seorang yang memahami kebenaran-Ku.” Bhagavad Gita 7:3

Kesempurnaan diri adalah kesempurnaan dalan Jnana dan Vijnana. Banyak di antara kita yang sudah merasa puas dengan apa yang kita baca dalam kitab-kitab tebal, seperti yang ada di tangan kita saat ini. Hanyalah segelintir saja yang berupaya untuk memperoleh pengalaman pribadi.

Dan di antara segelintir yang sedang berusaha demikian pun, belum tentu satu orang yang mencapai kesempurnaan, dalam pengertian memahami kebenaran-Nya – Kebenaran Jiwa Agung.

Pengamatan Krsna merupakan tantangan bagi siapa saja – Tantangan bagi setiap orang yang menganggap dirinya berketuhanan, berkeyakinan, berkepercayaan, dan sebagainya. Adakah kita memuja-muja Tuhan, menyembah Tuhan untuk mendekatkan diri dengan-Nya, atau justru untuk menjauhkan diri dari-Nya?

Setiap doa untuk hal-hal bersifat duniawi – untuk mendapatkan rezeki, pekerjaan, jodoh, anak dan sebagainya – tidak mendekatkan diri kita dengan Tuhan. Semua itu adalah urusan kendaran badan bersama indra, pikiran segala.

Semua urusan itu adalah urusan teknis, urusan bengkel. Kita tidak perlu mengenal pemilik bengkel, apalagi pemilik pabrik mobil untuk memperbaiki kendaraan yang rusak. Cukup berurusan dengan teknisi. Bahkan tidak perlu mengenalnya juga. Titipkan mobil di bengkel, daftarkan segala keluhan kita, dan datang kembali sorenya untuk mengambil mobil.

Banyak hal lain yang menjadi inti doa kita ibarat keinginan untuk menghias dan mempercantik kendaraan. Tidak perlu ke bengkel, untuk itu cukup ke toko yang menjual variasi mobil.

Selama ini, kepercayaan kita sesungguhnya bukanlah untuk mengenal Tuhan, tetapi sekedar rutinitas pemeriksaan kendaraan, supaya tetap “fit”.

Krsna menyatakan, dan Ia tidak salah, bahwa di antara beribu-ribu orang yang ingin serta berupaya untuk mengenal-Nya, belum tentu seorang pun mencapai tujuannya, dan mengenal-Nya.

Kenapa demikian? Apakah tidak setiap orang berupaya dengan kesungguhan yang sama? Ya, memang demikian adanya; tidak semua orang berupaya dengan kesungguhan yang sama. Selain itu, belum tentu upaya yang mereka lakukan itu betul. Banyak orang berupaya, namun dengan cara yang salah. Jadi, upayanya, metodenya mesti betul juga, bukan sekadar kesungguhan dan kerja keras. Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma) #SpiritualIndonesia lewat #BhagavadGitaIndonesia

 

“Tanah, air, api, angin, eter (subtansi ruang), gugusan pikiran serta perasaan (manah atau mind), kemampuan untuk memilah (buddhi atau integensia), dan ego (ahamkara atau ke –aku-an) – kedelapan hal ini adalah prakrti atau sifat kebendaan-Ku, yang menyebabkan kesadaran rendah.” Bhagavad Gita 7:4

Segala upaya kita selama ini – dari yang bersangkutan dengan profesi dan keluarga, hingga bermasyarakat, politik, hubungan dengan sesama, kepercayaan, dan lain sebagainya – semuanya menyangkut kedelapan hal ini. Semuanya menyangkut alam benda, kebendaan, kesadaran rendah. Jadi , selama ini segala upaya kita sekadar untuk merawat kendaraan, mempercantiknya, menghiasnya, mengisi bahan bakar – dan, that’s that. Kendaraan itu tidak pernah dipakai untuk menuju tujuan – yaitu untuk menyadari hakikat diri. Dikutip dari buku (Krishna, Anand. (2014). Bhagavad Gita. Jakarta: Pusat Studi Veda dan Dharma) #SpiritualIndonesia lewat #BhagavadGitaIndonesia

 

Pertemuan keluarga Dinasti Yadu dan warga Brindavan

Setelah tiba di Kurukṣhetra, para anggota Dinasti Yadu melakukan ritual mandi di danau Samantapancaka dan selanjutnya melakukan puasa selama gerhana berlangsung. Pada saat buka puasa mereka mempersembahkan makanan lezat kepada para brahmana.

Pada keesokan harinya mereka melakukan dana punya dengan memberikan banyak sapi kepada para brahmana. Semua sapi tersebut dilengkapi hiasan berwarna-warni, gelang kaki dari emas dan lonceng sapi dari emas di lehernya. Seluruh brahmana yang hadir bersyukur atas kemurahan hati Dinasti Yadu.

Orang awam melakukan mandi, puasa, berbagi makanan dan dana punya kepada para brahmana dengan harapan akan memperoleh imbalan dari Gusti Pangeran untuk memenuhi keinginannya. Kedudukan yang bagus, jodoh yang baik, keluarga bahagia, kekayaan yang melimpah dan anak keturunan yang sukses. Menurut Bhagavad Gita 7:3 itu semua adalah urusan kendaraan badan, bisa ke toko variasi mobil, belum perlu ke bengkel Ashram apalagi berurusan dengan Pemilik Bengkel Semesta. Menurut Bhagavad Gita 7:4. semuanya masih menyangkut alam benda

Akan tetapi bagi anggota Dinasti Yadu acara ritual dan dana punya tersebut hanya dipersembahkan kepada Sri Krishna. Mereka memperoleh berkah yang luar biasa dengan selalu berada dekat Sri Krishna. Ibarat murid yang telah ikut dalam kehidupan Guru, setiap saat selalu darshan dengan Sri Krishna. Itu adalah berkah yang luar biasa.

Acara makan bersama para anggota Dinasti Yadu hanya dilakukan setelah persembahan makanan kepada para brahmana selesai.

Tidak berapa lama datang para tamu, kerabat, sahabat, para raja dan prajurit mereka. Ada raja dari Matsya, Kusinara, Kosala, Vidharba, Kuru, Kamboja, Kekaya dan raja-raja lainnya.

Akan tetapi yang paling ditunggu oleh Balarama adalah warga Brindavan di bawah pimpinan Nanda. Peristiwa gerhana tersebut dimanfaatkan warga Brindavan untuk menemui Sri Krishna dan Balarama. Pertemuan antara warga Brindavan dan anggota keluarga Dinasti Yadu sangat mengharukan. Mereka saling memeluk dan melimpahkan kerinduan. Tidak banyak kata yang diungkapkan hanya mata mereka yang mengalirkan air mata keharuan.

Seperti halnya para anggota keluarga Dinasti Yadu, para warga Brindavan juga mempunyai pikiran yang terfokus kepada Sri Krishna. Mereka sudah lepas dari keterikatan dunia dan setiap tindakan mereka hanya merupakan persembahan kepada Sri Krishna.